asiiik-kabanjahe@yayasanmpg.or.id

Tampilkan postingan dengan label Taneh Lau Binge. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Taneh Lau Binge. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Juni 2020

Tenah Lau Binge - Averiana Barus (Live akustik)


Tenah Lau Binge - Averiana Barus (Live akustik)



Miliarder Ini Pilih Rawat Sendiri Istri Selama 25 Tahun

Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Dialah salah seorang tokoh di balik kemajuan industri reksadana di Indonesia sekarang ini, juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini. Ia tergolong miliader.

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja, bahkan sudah mendekati malam. Tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Cobaan menerpa, tatkala istrinya melahirkan anak yang ke empat. Tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah, bahkan terasa tidak bertulang. Lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. 
Dia gendong istrinya ke depan TV, agar tidak merasa kesepian. Istrinya sudah tidak dapat bicara, selalu hanya terlihat senyum.
Untunglah kantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya untuk makan siang.
Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yang dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan mata, namun bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. 
Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun.
Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yang masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya – karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing – Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu: semua anaknya dapat berhasil.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati, si anak sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak. Bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu,” kata si sulung dengan air mata berlinang.
“Sudah ke empat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibu pun akan mengijinkannya. Kapan bapak menikmati masa tua bapak? Dengan berkorban seperti ini, kami tidak tega melihat bapak, kami berjanji akan merawat ibu sebaik-baiknya secara bergantian,” tambah si bungsu.

”Anak-anakku… Jika perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi. Tetapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian di sampingku, itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian.” Sejenak kerongkongannya tersekat.
“Kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta, tidak satu pun dapat dihargai dengan apa pun. Coba kalian tanya ibumu, apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang? Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit?” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya.

Meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Mereka juga menyaksikan butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno, yang dengan pilu menatap mata suami yang sangat dicintainya.

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta di Jakarta untuk menjadi narasumber. Host mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa? Di saat itulah meledak tangis Pak Suyatno, bersama tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru.

Pak Suyatno bercerita: “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinan tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian, semua itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, yang sewaktu sehat dia dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya, bukan dengan mata.

Dia memberi saya empat anak yang lucu-lucu. Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama, itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintai dia apa adanya. Jika dia sehat pun, saya belum tentu mau mencari penggantinya, apalagi dia sakit,” katanya sembari berurai air mata.
Setiap malam saya bersujud dan menangis. Saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas saja. Saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya. Cinta saya kepada istri saya, sepenuhnya saya serahkan kepada Allah.

Ditulis oleh: Adrian Nugraha

Kamis, 25 Juni 2020

Tenah Lau Binge - Averiana Barus (Live akustik)


Tenah Lau Binge - Averiana Barus (Live akustik)


PERPULUNGEN GINTING MUNTE ras ANAK BERUNA

Tema :
Kenapa para leluhur orang Karo dalam acara adat memilih Sukat-sukat "Gantang-Tumba" ??

Jawab : dari semua pendapat yg masuk kami simpulkan ada 3 pokok dasar pertimbangannya antara lain :

1.Karna Gantang-Tumba merupakan sukat-sukat yg telah digunakan oleh orang Karo dari zaman dulu /sudah familiar/umum / dimengerti semua lapisan masyarakat Karo dan mengandung nilai "kiasan " pengertian yg halus" guna ertak-tak .(berhitung)

2.Pilihan Nini opung kita memakai ukuran yg terkecil dari beberapa pilihan alat ukur, agar dapat mengukur hal-hal yg kecil dan besar, misalnya dlm
a. Pesta Adat singuda,
b.Pesta Adat Sintengah,
c. Pesta Adat Sintua , semuanya dpt di ukur dgn sukat -dukat " Gantang -Tumba" === hal ini memberi akses kpd  semua orang karo agar dpt menyelesaikan adat Pernikahannya sesuai dgn kemampuan ekonomi keluarga.

3.Gantang-Tumba , terdiri dari  dua nama alat ukur/sukat-sukat (Gantang dan Tumba) memberi pengertian bahwa dlm nggalari utang adat diberikan ruang lebih  fleksibel, ada peluang negoisasi sesuai dgn situasi kondisi kesanggupan/ kengasupen dari pihak yg melamar ( laki-laki), ketika nilainya kecil ukurannya Gantang, ketika nilainya besar ukurannya Tumba, dan dari isinya pun dpt di isi penuh ( perujung) , dapat juga isinya rata ( di keris) shg Nilai yg di ukur bisa berubah sesuai keadaan ( lebih fleksibel) / tdk maruk/ tdk aji mumpung tetap dlm kehamaten.


CATATAN : PEMILIHAN NAMA SUKAT-SUKAT  *GANTANG- TUMBA
Memiliki filosopi yg tinggi dan sangat bagus serta mengandung kehamaten, meteruh rukur, serta dapat memberi solusi utk semua lapisan  (golongan berada atau golongan kurang mampu ) , tdk sombong/ tdk aji mumpung ).

πŸ™πŸ™stopπŸ™πŸ™

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India