asiiik-kabanjahe@yayasanmpg.or.id

Jumat, 28 Agustus 2020

Kenangan Untuk Alm Sakti Sembiring...

Alm.Sakti sembiring. Odak odak ras Salihna..


Alm.Sakti sembiring. Odak odak ras Salihna..

[https://takasimal.blogspot.com/2020/08/alm.html]

(ALM.SAKTI SEMBIRING) SEQUENCER lagu karo: onggar onggar, upah tendi, gula tualah, ola
kita sirang.



----


PETIKAN RAJA RENGET SAKTI SEMBIRING

Gendang terakhir Sakti Sembiring
Seniman Karo, Sakti Sembiring dikabarkan telah meninggal dunia pada, Senin (30/10/2017). Ungkapan duka cita terkait meninggalnya sosok yang dikenal sebagai pemusik keyboard, sekaligus sebagi pencipta lagu Karo tersebut pun hingga kini masih mengalir deras di sosial media.

Sebagaimana diungkapkan oleh salah seniman Karo lainnya, Moses Pinem. Ia tampak mengungkapkan duka cita yang sangat mendalam atas meninggalnya rekan sesama seniman Karo, Sakti Sembiring.

“Selamat jalan ke rumah bapa di sorga agi kakana impalku Sakti Sembiring. Mejuah-juah kami kerina i tadingkenndu,” tulis Moses Pinem.

Berdasarkan penelusuran sipayo.com, Sakti Sembiring juga tampak menuliskan pesan terakhir di Facebook pribadinya. Tulisan itu diunggah pada 13 Oktober 2017 lalu. “Mulih ku kuta ingan pusungku ndabuh, Perbesi Simalem. Istrahat total, sampati aku Tuhan,” tulisnya.

Hingga berita ini dimuat, tampak ratusan komentar memenuhi status tersebut. Pada awalnya, netizen mendoakan kesembuhan kepada Sakti yang selama ini diketahui sedang dalam perawatan lantaran penyakit yang dideritanya. Bekalangan dalam status tersebut banyak kalangan netizen turut mengucapkan duka cita.

Source : https://www.sipayo.com/2017/10/ini-ungkapan-terakhir-seniman-karo-sakti-sembiring-sebelum-meninggal-dunia.html

Lagu Kacang Karo-Termasuk Lagu Lagu Lama Namun Tetap Merdu Sepanjang Zaman...Mejuah-Juah Kalak Karo.


Lagu Kacang Karo-Termasuk Lagu Lagu Lama Namun Tetap Merdu Sepanjang Zaman...Mejuah-Juah Kalak Karo
[https://takasimal.blogspot.com/2020/08/lagu-kacang-karo-termasuk-lagu-lagu.html]

 Pancur pola - Nur Hidayah Br.singarimbun

Senin, 03 Agustus 2020

Pakaian Adat Karo - Dari Sumatera Utara


Cerita Rakyat Tentang Gunung Sibayak

Oleh: Didik Sastra. Karo, (Analisa).

Gunung Sibayak yang memiliki ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut, merupakan gu­nung berapi aktif, meletus terakhir 1881 membuat permukaan gunung tidak rata. Panorama di puncak cukup indah karena dikelilingi hutan, gunung ini sejak dahulu dan kini menjadi objek wisata andalan di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

 Bagi suku Karo, Gunung Sibayak di sebut gu­nung raja, banyak cerita yang melegenda diceri­takan dari mulut ke mu­lut, yang diceritakan orang­tua kepada anaknya tentang Gunung Sibayak. Ma­syarakat Karo mempercayai cerita itu, kini cerita itu jadi salah satu daya tarik wisatawan lokal hingga mancanegara. Bukan hanya panorama yang indah disajikan alam pe­gunungan, dan merasakan pemandian air panasnya serta melihat matahari terbenam, namun cerita yang melegenda menjadi daya tarik bagi wisa­tawan ke Karo untuk sekedar melihat dan menikmati kein­da­han alam ketika berada di puncak, ungkap Winy br Pe­lawi kepada Analisa.

 Diceritakan sesepuh M Surbakti, warga Se­mangat Gunung, cerita Sibayak cukup melegenda di telinga masya­rakat sekitar Berastagi, teru­tama masyarakat Desa Daulu Kecamatan Berastagi dan Desa Semangat Gunung Ke­ca­matan Merdeka. Menurutnya, di Gunung Si­bayak terdapat wila­yah yang disakralkan warga sekitar, masyarakat Karo di sekitar gu­nung menyebutnya Deleng Per­tekteken, wilayah ini di­anggap tempat suci dan ber­se­mayamnya seseorang yang memiliki ilmu pengobatan cukup tinggi pada masanya. Masyarakat Karo menye­butnya, “guru pertawar re­mai”.

Diceritakan guru ini cu­kup mahir dalam pengobatan sehingga orang yang sekarat bisa disembuhkan, karena itu, dia terkenal sampai Aceh dan wilayah Medan sekitarnya. Singkat cerita, guru pertawar remai pernah melakukan sum­pah dan meletakan seluruh ilmu yang dimilikinya, ka­rena lupa mengobati kedua anak gadisnya bernama Tandang Suasa dan Tanda Kumerlang yang meninggal dunia karena sakit.

 Paling mengecewakannya, jasad kedua anak gadis kesa­yangannya juga tidak ditemu­kannya, sehingga guru perta­war remai mengutuk diri sen­diri, menganggap ilmu yang dimiliknya tidak berguna lagi karena orang lain bisa diobati, semen­tara anaknya sendiri tidak. Karena marah dan kesal pa­da diri sendiri, guru membu­ang seluruh ilmu yang dimi­liki. Dalam sum­pahnya, yang penuh rasa penyesalan karena melupakan kedua anaknya, dia tidak akan pergu­nakan il­mu kesaktian dan pengobatan untuk di­manfaatkan kepada orang lain.

Lokasi itu kini di­se­but Deleng Pertekteken, me­nu­rut cerita masya­rakat se­kitar gunung dampak ilmu yang dibuang guru di lokasi itu, membuat apa saja yang melintasi Lau Sibiangsa akan jatuh ke tanah. Sampai saat ini, masih banyak masyarakat meyakini cerita itu. Hingga kini seba­gian masya­rakat sekitar masih melaksanakan upacara di lo­kasi itu, dan pemberian sesa­jian seperti memasuki bulan Suro atau Muharam.

 Erwin Sinaga, salah satu pegiat wisata dan guide profe­sional mengungkapkan, Gu­nung Siba­yak memang cukup indah panoramanya, di balik keindahan terdapat cerita rak­yat yang cukup feno­menal. Be­gitu fenomenalnya perihal kejadian terse­satnya dan hi­langnya wisatawan ketika mendaki Gunung Sibayak, sampai jatuhnya pesawat saat melintasi lokasi Pertektekan dikaitkan dengan cerita itu.

“Bagi saya itukan cerita bi­sa benar dan tidak, yang pasti sebagai manusia kita harus menghargai adat istiadat di­wa­riskan leluhur dan jangan berprilaku takabur. Sebab pri­laku takabur bisa mem­bawa bencana bagi kita,” katanya. Petugas infor­masi center touris Rijal Rito­nga kepada Analisa mengatakan, memang cerita ten­tang Sibayak ada be­narnya, namun terserah indi­vidu yang menilainya. Kasus wisatawan manca­negara yang hilang raib, yakni dua orang professor asal Amerika Seri­kat, namanya tidak diketahui, hilang pada 1983 di sekitar Gunung Sibayak, dan hingga kini kedua orang itu tidak dite­mukan.

Dua orang bersaudara asal Jerman, Hans Eichorn dan Christina Eichorn hilang di Gunung Sibayak 1997, hingga saat ini juga keduanya masih belum berhasil ditemukan menjadi pertanyaan tersendiri. “Logika kita, mereka tidak ditemukan mungkin tersesat dan pulang ke negaranya ma­sing-masing. Namun bagi kita karena mereka melapor untuk naik ke gunung dan beberapa hari hilang kontak, saat dicari tidak menemukan tentu, asum­­si kita mereka hilang dan hingga kini masih dianggap hilang,” ujarnya.

 Berbagai upaya sudah di­lakukan guna mengin­de­tifi­kasi keberadaan para wisata­wan mancanegara yang hi­lang, namun hasilnya masih nihil. Hilang raib tanpa jejak wisatawan mendaki Gunung Si­bayak memang masih me­nim­bulkan pertanyaan. Terlebih cerita wisatawan di Sibayak yang hi­lang dan ditemukan dalam kondisi pa­tah tulang paha, betis dan lengan pernah mengheboh­kan, ini diceritakan Jhon San­der pendaki yang pernah ter­sesat dan dinyatakan hilang saat naik ke gunung menik­mati alam Sibayak.

 Warga Amerika Serikat ini, tiga hari hilang pada 19 April 1986. Pasca ditemukan 3 hari beri­kutnya 22 April 1986, di sekitar Embusen Sige­dang jarak satu kilometer sebelah kanan Gunung Sibayak. Kon­disi yang harus menahan sakit akibat patah tulang pada pang­kal paha, betis, dan lengan. 

Pengalamanya mence­rita­kan sesuatu yang tidak logis, dan ceritanya selalu dikaitkan dengan cerita rakyat Karo yang melegenda tentang Gu­nung Si­ba­yak. Legenda itu kini dan nanti akan tetap jadi cerita, yang menambah daya tarik tersendiri bagi penikmat alam Gunung Sibayak dan mitos bagi suku Karo

 Source: https://analisadaily.com/








 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India